KISAH Amr bin Ash ra

                        

                     KISAH AMR BIN ASH RA (Sang pembebas Mesir)




                   Pada suatu ketika, Rasulullah berdoa agar Allah melaknat tiga orang yang sangat kuat menyakitinya. Ketika Rasulullah saw berdoa agar turun wahyu ke dalam kalbu Rasulullah yang artinya, “Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima tobat mereka, atau mengazab mereka karena sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang zalim”. Kemudian, Rasulullah menghentikan doanya, Rasulullah menyadari bahwa Allah Maha Mengetahui siapa saja di antara mereka yang akan bertobat dan membela agama Allah.
                 Salah seorang dari tiga orang dalam doa Rasulullah tersebut dalah Amru bin Ash. Pada awal Rasulullah berdakwah, Amr bin Ash sangat menentang ajaran agama Islam. Namun karena kekuasaan Allah, kelak Amru bin Ash tidak dapat lagi menyangkal kebenaran ajaran agama Islam.
Amr bin Ash, bukanlah termasuk dalam golongan awal yang memeluk agama Islam. Ia mengucapkan kalimat syahadat setelah Rasulullah dan kaum muslim membebaskan kota Mekkah.
Amr bin Ash adalah seorang pedagang. Ia melakukan usahanya hingga  ke negeri-negeri di luar  Kota Arab. Dari dahulu, ia selalu berdagang hingga ke negeri Habsyah (Ethiopia). Amr bin Ash dan Najasyi memang saling mengenal dengan baik. Amr sering kali berada di Habsyah, ia sering memberikan hadiah kepada Najasyi pada saat berada di Habsyah.
Suatu ketika, ia berada di Habsyah dan bertemu dengan raja Habsyah. Najasyi, ketika itu, Najasyi bertanya, “Mengapa engkau tidak beriman kepada ajarannya, padahal ia benar-benar adalah utusan Allah?” Yang dimaksud oleh Najasyi adalah Nabi   Muhammad saw. “Apakah perkataanmu itu benar?” tanya Amru. Najasyi berkata, “Demi Allah, dia adalah benar-benar seorang utusan Allah. Wahai Amr, berimanalah kepadanya.”
Setelah itu, Amr bergegas menuju ke Mekkah, ia ingin segera bertemu dengan Rasulullah dan menyatakan keislamannya. Sesampainya di Mekkah, ia melanjutkan perjalananya ke Madinah. Dalam perjalanan menuju Madinah, Amr bertemu dengan Khalid bin Wahid dan Utsman bin Thalhah. Keduanya juga ingin menyatakan keislamannya di hadapan Rasulullah.
Rasulullah menyambut ketiga orang tersebut dengan wajah yang berseri-seri, pada awalnya , Khalid bin Wahid maju ke hadapan Rasulullah dan mengucapkan kalimat syahadat. Kemudian Amru maju ke hadapan Rasulullah. Amru berkata, “Ya Rasulullah. Aku akan menyatakan sumpah setia kepadamu asalkan Allah menghapus dosa-dosaku  yang terdahulu. “Wahai Amr, Islam akan menghapus dosa-dosamu sebelumnya. Nyatakanlah baiatmu”. Jawab Rasulullah, Amru pun menyatakan keislamannya.
Dahulu, Amru  bin Ash memerangi dakwah Rasulullah, setelah memeluk agama Islam, dia banyak melakukan dakwah  hingga ke negeri Mesir.
Amr bin Ash Pembebas Mesir
Amr bin Ash mendapat gelar sebagai pembebas Mesir. Gelar ini berkaitan dengan keberhasilannya dalam membebaskan penduduk Mesir dari jajahan bangsa Persia dan bangsa Romawi yang sangat kejam.
Pada masa itu, penduduk Mesir berusaha membebaskan diri dari jajahan bangsa Romawi. Akan tetapi usaha mereka tidak pernah berhasil. Ketika Amru bin Ash, dan pasukannya berada di batas wilayah Mesir, penduduk Mesir menyambut baik pasukan Amru dengan senang. Mereka berduyun-duyun memeluk ajaran agama Islam.
Amr bin Ash, ingin penduduk Mesir tidak terlibat dalam peperangan antara pasukannya dengan pasukan Romawi. Oleh karena itu, Amru mencoba berbicara dengan para pemuka agama Nasrani di Mesir. Amr menjelaskan bahwa Allah telah mengutus Rasulullah saw, dengan membawa kebenaran dan mengatakan kebenaran itu. Amru menambahkan, “Di antara pemerintah Rasulullah yang disampaikan kepada kami adalah tentang kemudahan bagi manusia, oleh karena  itu, kami menyeru kalian kepada Islam. Barangsiapa  yang memenuhi seruan kami, ia termasuk golongan kami. Ia memperoleh hak seperti hak kami dan ia juga  memikul kewajiban seperti kewajiban kami. Baranbgsiapa yang tidak memenuhi seruan kami, kami menawarkan agar kalian membayar pajak dan kami akan memberikan jaminan keamanan kepada kalian.”
Kemudian, Amr bin Ash juga mengutip sabda Rasulullah tentang kewajiban kaum muslim untuk membebaskan Mesir. Rasulullah saw, pernah bersabda, “Sepeninggalku  nanti, Mesir menjadi kewajiban kalian untuk membebaskannya. Perlakukanlah penduduknya dengan baik karena mereka masih mempunyai ikatan dan hubungan kekeluargaan dengan kita !” (HR. Muslim)
Setelah itu, sebagian pemuka agama nasrani menyetujui seruan Amr bin Ash. Hal itu merupakan permulaan yang baik dalam membangun dan saling mengerti antara Amr bin Ash dan pemuka-pemuka agama Nasrani.
Amr bin Ash Yang Cerdik
Amr bin Ash menjadi muslim yang amanah, berani, berkemauan keras, dan penuh tanggung jawab. Dengan kecerdesannya, ia melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Ia pernah ikut serta dalam peperangan. Di antaranya ialah peperangan di Syria dan perang pembebasan Mesir dari penjajahan Romawi. Selain itu ia juga pernah menjadi gubernur di Palestina, Yordania, dan Mesir.
Amr bin Ash adalah seorang panglima  perang yang tangguh dan cerdik. Pada suatu masa, terjadi peperangan antara tentara muslim dan tentara Romawi. Ketika itu, komandan tentara Romawi mengundang Amru bin Ash ke dalam benteng untuk berunding. Sebenarnya, komandan itu telah memerintahkan anak buahnya untuk menggulingkan batu besar ke arah tubuh Amr bin Ash ketika Amr keluar dari benteng.
Sementara itu, Amr bin Ash memenuhi undangan komandan tentara Romawi tanpa kecurigaan sedikitpun. Saat  telah sampai di dalam benteng, Amr dan komandan tentara Romawi mengadakan pembicaraan. Dalam perjalanan keluar benteng , beberapa tentara Romawi berhasil menggulingkan  batu besar  ke arah Amr. Namun, Amru dengan cepat mampu untuk menghindari batu besar yang digulingkan terhadap dirinya.
Amr yang mendapat serangan secara tiba-tiba, tetap tenang. Ia pergi menemui komandan tentara Romawi yang ada di dalam benteng. Ia berjalan dengan penuh keyakinan lalu berkata kepada komandan tentara Romawi, “Aku hendak memberitahukan sesuatu kepadamu. Saat ini di pos komandoku, segolongan sahabat Rasulullah saw, angkatan pertama sedang menunggu untuk membuat keputusan penting. Pendapat para sahabat itu sering kali didengar oleh Amirul Mukminin. Bahkan setiap hendak mengirim tentara, mereka selalu diikut sertakan untuk mengawasi tentara. Aku bermaksud mengajak mereka  kesini sehingga mereka dapat mendengar langsung penjelasan darimu. Dengan demikian, mereka benar-benar memahami pembicaraan kita.” Komandan itu memahami maksud Amru.
Dalam pikirannya, komandan itu merasa beruntung karena nantinya ia tidak hanya dapat menjebak Amr, tetapi juga beberapa pimpinan Islam yang berpengaruh besar.` Ia pun menyetujuinya dan membiarkan Amru keluar dari benteng tersebut. Komandan itu tidak menyadari tipu muslihat yang direncanakan Amr.
Pada esok harinya, Amr memacu kudanya bersama pasukannya ke arah benteng. Mereka hendak menyerbu benteng tersebut. Demikianlah, Amr menggunakan kecerdikannya untuk memenangkan setiap peperangan
Amr bin Ash Wafat
Amr bin Ash wafat pada tahun 43 hijriah. Ketika itu, ia masih menjabat sebagai seorang gubernur di negeri Mesir. Sebelum ajalnya, Amr bin Ash menceritakan kisah hidupnya secara singkat berkata, “Awalnya aku adalah seorang kafir dan sangat menentang Rasulullah. Seandainya, aku meninggal saat itu, pastilah aku masuk neraka”.
Ia menambahkan, ”Aku menyatakan baiat kepada Rasulullah saw. Setelah itu, tidak ada seorang pun di antara manusia yang lebih aku cintai selain dari pada beliau. Jika diminta untuk melukiskannya, aku tidak akan sanggup. Karena rasa hormatku kepadanya, aku tidak kuasa menatapnya dengan sepenuh  mataku. Seandainya, aku meninggal pada saat itu, besar harapan aku  akan menjadi penduduk surga.”
Mengenai kekuasannya, Amr bin Ash berkata, “Aku diberi ujian dengan memperoleh kekuasaan dan lain-lainnya. Aku tidak tahu apakah ujian itu memberi keuntungan atau kerugian bagiku.”
Sebelum ajal menjemputnya, ia terus menerus berdoa memohon ampunan kepada Allah. Ucapan terakhirnya adalah La ilaha illallah. Ia  telah pergi mengahadap Tuhannya . Semoga Allah mengampuni segala dosa-dosanya dan merahmatinya. Dan pada akhirnya beliau wafat di kota para nabi (Mesir)
        Terbukannya wilayah wilayah mesir dan afrika khususnya adalah perjuangan seorang muslimin bernama Amr bin Ash ra.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori Solidaritas Mekanik dan Solidaritas Organik Emile Durkheim

Kim Yushin komandan Pasukan Hwarang Penyatu Semenanjung Korea

Kemenangan Islam Terhadap Mongol Pada Perang Ain Jalut