Afif Hidayatulloh Teori Sosiologi Modern Kelas A Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Teori Solidaritas Mekanik dan Solidaritas Organik Emile Durkheim Emile Durkheim lahir pada 15 April 1858, di Epinal Perancis. Dia adalah keturunan dari suatu garis panjang para rabi dan belajar menjadi seorang rabi. Selain mendalami ilmu agama, Durkheim juga mendalami ilmu sosial seperti kesusastraan dan estetika. Pada tahun 1882 sampai 1887 ia mengajar filsafat di sebuah sekolah di Paris. Durkheim banyak menghasilkan karya-karya sehingga ia mendapatkan posisi di dalam departemen Borderaux pada 1887. Pemikirannya banyak dipengaruhi oleh Herbert Spencer, Immanuel Kant, Auguste Comte, Montesqieu dsb. Pada tahun 1902 ia pindah ke Universitas Perancis kemudian menjadi profesor ilmu pendidikan dan sosiologi pada 1913. Emile Durkheim kemudian wafat pada 15 November 1917 di Paris, Perancis. Saya membaca teorinya Emile Durkheim di dalam karyanya yang berjudul “The Division of Labor
Kim Yushin komandan Pasukan Hwarang Penyatu Semenanjung Korea Kim Yushin merupakan jenderal pada abad ke-7 di kerajaan Silla. Ia memimpin unifikasi semenanjung Korea oleh Silla di bawah pemerintahan Raja Muyoel dan Raja Munmu dari Silla. Konon Kim Yushin merupakan buyut Raja Guhae dari Geumgwan Gaya, raja terakhir di negara Geumgwan Gaya. Hal ini memberikannya posisi yang sangat tinggi di sistem ranking tulang Silla, yang memimpin status politik dan militer sehingga dapat diraih oleh seseorang. Beberapa sumber klasik yang menceritakan kisah Kim Yushin di antarannya riwayat Samguk Sagi, Yeolijeon 1-3, dan banyak catatan singkat di dalamnya. Kim Yushin merupakan putra dari Jenderal Kim Seohyeon dan Putri Manmyeong yang merupakan putri Raja Jinheung dari Silla. Kim Yushin dilahirkan di Gyeyang, kabupaten Jincheon pada tahun 595 M. Saat ia berusia lima belas tahun, ia menjadi prajurit Hwarang ( pasukan elit korea) dan mahir dalam berpedang. Ia men
Kemenangan Muslim Terhadap Pasukan Mongol Pada Perang Ain Jalut PARA pejuang berkuda yang bengis berderap meninggalkan Mongolia, menghancurleburkan setiap kota yang tidak mau menyerah. Pada Februari 1258, mereka melampiaskan kebengisan mereka atas Bagdad dan membobol dinding-dindingnya. Mereka membunuh dan menjarah selama satu minggu. Seluruh dunia Islam pun gemetar ketakutan terhadap orang Mongol. * Pada Januari 1260, seraya orang Mongol bergerak ke arah barat, Aleppo di Siria mengalami nasib yang sama seperti Bagdad. Pada bulan Maret, Damaskus membuka pintu-pintu gerbangnya bagi orang Mongol dan menyerah. Tak lama setelah itu, orang Mongol merebut kota-kota di Palestina, yaitu Nablus (dekat situs kuno Syikhem) dan Gaza. Hülegü, jenderal Mongol, menuntut agar Sultan al-Muzhafar Saifuddin Qutuz, penguasa Muslim di Mesir, bertekuk lutut juga. Jika ia tidak mau, Hülegü mengancam bahwa Mesir bakal menanggung konsekuensi yang mengerikan. Pasukan Hülegü 15 kali lebih ba
Komentar
Posting Komentar