Kim Yushin komandan Pasukan Hwarang Penyatu Semenanjung Korea


Kim Yushin komandan Pasukan Hwarang Penyatu Semenanjung Korea








           Kim Yushin merupakan jenderal pada abad ke-7 di kerajaan Silla. Ia memimpin unifikasi semenanjung Korea oleh Silla di bawah pemerintahan Raja Muyoel dan Raja Munmu dari Silla. Konon Kim Yushin merupakan buyut Raja Guhae dari Geumgwan Gaya, raja terakhir di negara Geumgwan Gaya. Hal ini memberikannya posisi yang sangat tinggi di sistem ranking tulang Silla, yang memimpin status politik dan militer sehingga dapat diraih oleh seseorang.
Beberapa sumber klasik yang menceritakan kisah Kim Yushin di antarannya riwayat Samguk Sagi, Yeolijeon 1-3, dan banyak catatan singkat di dalamnya.
        Kim Yushin merupakan putra dari Jenderal Kim Seohyeon dan Putri Manmyeong yang merupakan putri Raja Jinheung dari Silla. Kim Yushin dilahirkan di Gyeyang, kabupaten Jincheon pada tahun 595 M. Saat ia berusia lima belas tahun, ia menjadi prajurit Hwarang ( pasukan elit korea) dan mahir dalam berpedang. Ia menjadi Gukseon ( ketua Hwarang) pada saat berusia delapan belas tahun dan pada usia 34 tahun diberikan hak total di dalam memerintah pasukan militer Silla.
Melalui peran itu, ia dengan cepat membuktikan kemampuannya sebagai pejuang. Silla berada dalam perselisihan beruntun dengan negara tetangganya di bagian barat, Baekje. Ada kerugian dan keuntungan yang terjadi di antara kedua belah pihak selama bertahun-tahun. Pada periode inilah, Kim Yushin terkenal dengan rangking militer.
         Baekje dan Silla telah membentuk persekutuan untuk melawan kekuasaan Guguryeo dengan tujuan mendorong ke selatan. Mereka bersama-sama melancarkan serangan dan berhasil. Akhirnya Silla bmerebut wilayah bagian utara dan Baekje mendapat bagian di selatan sungai Han. Namun Silla berkhianat dengan menyerang Baekje dalam usahanya menuntut kedua wilayah tersebut untuk dikuasai sendiri.
       Setelah pengkhianatan tersebut Baekje bersekutu dengan Guguryeo. Ketika Guguryeo dan Baekje menyerang Silla pada tahun 655 M. Silla menggabungkan kekuatan dengan Dinasti Tang China untuk melawan para penyerang.
          Pada saat itu Kim Yushin memerintah pasukan Silla. Akhirnya dengan bantuan Angkatan laut Silla dan 13.000 pasukan Tang, Kim Yushin menyerang ibu kota Baekje, Sabi pada tahun 660. Perang saat itu menjadi terkenal dengan sebutan perang Hwangsanbeol. Para pembela Baekje yang dipimpin oleh Jenderal Gyebaek. Pasukan dengan jumlah 5.000 tentu bukan tandingan pasukan Kim Yushin dengan jumlah sekitar 50.000 pasukan yang berarti 10 X lipat. Baekje yang telah mengalami masalah internal, akhirnya hancur. Pasukan Silla dengan Persekutuan Dinasti Tang berpindah ke Guguryeo dengan dua arah penyerangan. Pada 661 M mereka menyerang kerajaan Guguryeo, tetapi dapat ditahan oleh pasukan Guguryeo. Pada tahun 667 M serangan kedua dilancarkan, puncaknya pada tahun 668 M Guguryeo dapat dikuasai sepenuhnya.
      Silla harus mengatasi berbagai perlawanan. Kemudian usaha mereka difokuskan untuk memastikan bahwa sekutu Tang tidak memperpanjang Invasi mereka di semenanjung Korea. Setelah menghadapi berbagai konflik yang sulit, Silla akhirnya mendesak Pasukan Dinasti Tang dan kemudian menyatukan semenanjung Korea di bawah pemerintahan Silla.
Ada banyak kisah mengenai Kim Yushin. Konon, ia pernah diperintahkan untuk mengatasi pemberontakan, namun pasukannya menolak untuk berperang karena mereka melihat bintang besar yang jatuh dari langit. Hal tersebut dianggap merupakan ramalan yang buruk. Untuk memulihkan kepercayaan diri pasukannya, Kim Yushin menggunakan layang-layang yang besar untuk menerbangkan bola api ke langit. Para pasukan melihat bintang kembali ke langit dan bersedia mengalahkan pemberontakan. Hal ini juga menghubungkan cerdiknya Kim Yushin yang menggunakan layang-layang sebagai alat komunikasi di antara para pasukannya, yakni ketika mereka dipisahkan dari pulau-pulau dan tanah daratan.
       Ketika Silla bersekutu dengan Dinasti Tang Baekje, sebuah perbedaan pendapat antara Kim Yushin dengan So Jungbang Jenderal Dinasti Tang. Perbedaan pendapat tersebut membesar sehingga berpotensi menjadi konlik. Konon, pedang Kim Yushin melompat keluar dari sarung ke tangannya. Pedang tersebut berupa sebilah pedang pejuang yang dipercaya sebagai sukmanya. Kejadian ini sangat menakutkan Jenderal Dinasti Tang yang membuatnya segera meminta maaf kepada Silla.
Penyatuan seluruh Semenanjung Korea yang dilakukan Kim Yushin membuat So Jungbang enggan untuk masuk lebih jauh lagi. Terlebih lagi berita ketangguhan pasukan Hwarang sampai pada telinga pasukan Dinasti Tang. Pasukan Dinasti Tang membuatnya kagum kepada pasukan Hwarang. Hal ini dibuktikan pada tahun-tahun berikutnya, ketika diminta oleh Kaisar Tang untuk menyerang Silla, para Jenderal Tang menolak. Mereka mengakui meskipun Silla kerajaan yang kecil, kerajaan kecil tersebut tidak bisa dikalahkan.
       Dalam sejarah, sepanjang hidup Kim Yushin merasa bahwa Baekje, Guguryeo, dan Silla tidak seharusnya terpisah. Mereka harusnya bersatu , Kim Yushin merupakan pelopor dalam penyatuan semenanjung Korea. Ia juga paling terkenal di antara para Jenderal di dalam perang penyatuan tiga kerajaan.
      Kim Yushin diberi penghargaan atas prestasi-prestasinya di dalam persatuan tersebut. Pada tahun 668, Raja Munmu menganugerahkan gelar Taedaegakgan yakni “Kepala Sub yang Hebat”. Kabarnya Kim Yushin menerima sebuah desa yang terdiri lebih 500 keluarga. Pada tahun 669, ia diberi sekitar 142 peternakan kuda terpisah yang tersebar di seluruh kerajaan. Ia meninggal empat tahun kemudian, meninggalkan sepuluh anak.
      Kim Yushin hidup hingga berusia 79 tahun. Ia dianggap sebagai salah satu jenderal yang paling terkenal dan master ilmu pedang Korea dalam sejarah Korea. Ia merupakan fokus dari sejumlah kisah legenda , serta akrab dengan sebagian masyarakat dari usianya yang masih muda. Diikuti dengan kematiannya pada tahun 673 M, Kim Yushin dianugerahi gelar penghargaan Raja Heungmu dan dimakamkan di kaki gunung Songhwa dekat Gyeongju di bagian tenggara Korea. Makamnya megah seperti makam para Raja-raja.
     Kim Yushin menjadi orang penting di dalam kemerdekaan penuh Silla dari Tang. Warisan terakhirnya adalah mempersatukan bangsa Korea. Salah satu dari sepuluh anaknya, Won Sul menjadi jenderal hebat selama masa pemerintahan Raja Munmu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori Solidaritas Mekanik dan Solidaritas Organik Emile Durkheim

Kemenangan Islam Terhadap Mongol Pada Perang Ain Jalut