Kesenjangan Transportasi Online dengan Konvensional
Waktu yang bergerak cepat
membuat pola hidup selalu mengalami perubahan. Perkembangan teknologi dan
informasi di era digital saat ini pun seolah tak pernah kehabisan inovasi.
Berbagai penemuan dihadirkan untuk memudahkan kehidupan manusia. Mulai dari
elektronik, infrastuktur, bahkan dunia transportasi. Saat ini salah satu perkembangan
teknologi yang paling dirasakan masyarakat yaitu transportasi online.
Transportasi yang dulu
kita kenal hanya ojek pangkalan dan mobil di terminal, sekarang mengalami
perubahan yang drastis dengan hadirnya berbagai aplikasi online seperti gojek, uber,
dan grab. Aplikasi-aplikasi ini sangat memudahkan manusia. Bagaimana tidak,
cukup dengan pencet-pencet handphone atau tablet, pengemudi gojek atau sopir grab bisa tiba di
depan rumah kita dan siap mengantar tanpa perlu kita menemuinya di pangkalan. Selain
itu, penggunaan seragam khusus yang dilengkapi dengan data diri pengemudi
membuat konsumen merasa aman ketika berpergian. Resiko akan tersesat pun lebih
minim karena sudah dilengkapi dengan GPS. Tak ada tawar-menawar harga karena
harga sudah tertera sesuai dengan jarak yang akan ditempuh. Konsumen sangat
dimudahkan dari segi waktu, biaya dan kenyamanan
Namun, bukan berarti
kelebihan yang ditawarkan aplikasi ini tidak menimbulkan masalah. Masalah yang
datang bukan dari aplikasinya, melainkan dari sikap pengemudi transportasi
konvesional terhadap kehadiran aplikasi ini. Seperti yang kita ketahui, banyak
aksi demonstrasi menuntut penutupan aplikasi online. Sayangnya demonstrasi yang
dilakukan juga diikuti dengan perusakan terhadap mobil berbasis aplikasi dan
kekerasan terhadap pengemudinya.
Semenjak kehadiran
aplikasi online, penumpang transportasi
konvensional menurun drastis. Kelebihan
yang diberikan aplikasi online berupa kemudahan akses dan harga yang
miring membuat konsumen mulai meninggalkan transportasi konvensional. Padahal
banyak sopir maupun pengemudi ojek yang bergantung mencari nafkah melalui
transportasi konvensional. Dengan menurunnya jumlah penumpang maka keadaan
ekonomi akan terganggu. Selain itu, banyaknya pajak yang harus dibayarkan
membuat pengeluaran mereka lebih terkuras. Sehingga
berpotensi gulung tikar.
Melihat fenomena ini
tentunya pemerintah tidak tinggal diam. Kementerian Perhubungan
dan Kementerian Informasi dan Teknologi mulai melakukan
kerjasama terkait aplikasi online. Regulasi dan peraturan perundang-undangan
mulai dihadirkan untuk mengatur kesejahteraan sesama pengemudi baik itu online maupun konvensional. Mulai
dari keterbukaan informasi aplikasi online terhadap pemerintah, kewajiban
membayar pajak, menetapkan tarif bawah, pengecekan terhadap STNK; SIM dan KIR,
bahkan pemberian stiker atau kode khusus untuk kendaraan berbasis online.
Jika semua aturan itu
dilaksanakan maka aplikasi online akan terus beroperasi bersaing secara sehat
dengan transportasi konvensional. Namun perlu diketahui, zaman akan terus
berubah. Jika transportasi konvensional tidak dapat mengikuti perkembangan zaman
maka lambat laun akan hilang juga. Konsumen akan semakin cerdas untuk memilih
sesuatu yang praktis dan mudah, dengan pembaharuan dan inovasi yang terus
dilakukan aplikasi online maka masyarakat pun akan cenderung menggunakannya.
Transportasi
konvensional harus banyak belajar. Belajar mengikuti perkembangan zaman, karena yang dihadapi adalah zaman di era
digital. Ketergantungan manusia terhadap handphone atau tablet digunakan para
pencari peluang usaha untuk memanfaatkannya dengan menghadirkan sesuatu yang
praktis dan mudah digunakan. Belajar untuk memberikan pelayanan terbaik, karena
prioritas utama dalam penjualan baik itu berupa barang atau jasa adalah kenyamanan. Dan belajar
untuk siap berkompetisi dalam memberikan kemudahan konsumen dalam hal biaya dan
waktu.
Transportasi berbasis
online mendapatkan cukup banyak masalah dan tantangan dalam perkembangannya di
Indonesia. Dari berbagai survey di media masa, penyebab utama dari masalah
tersebut adalah adanya ketimpangan harga yang begitu besar di antara angkutan
umum konvensional dan transportasi berbasis online. Pada umunya para pengemudi angkutan umum
konvensional tidak berkeberatan dengan munculnya transportasi berbasis online
selama tidak ada perang harga dan dapat bersaing secara sehat dengan
transportasi berbasis online. Pemerintah harus segera mengeluarkan kebijakan
yang jelas dan tegas, serta peraturan dan hukum yang baku terkait persoalan
ini. Kebijakan tersebut harus adil dan merata bagi setiap pihak, tidak boleh
timpang di satu sisi, dan harus mengakomodir kepentingan semua pihak, baik para
pengemudi angkutan umum konvensional, para driver transportasi berbasis online,
maupun konsumen sebagai pengguna layanan transportasi.
Jika transportasi
konvensional dan aplikasi online dapat terus memperbaiki diri maka kesenjangan
ekonomi dalam hal perebutan konsumen dapat dihindari. Yang perlu transportasi
konvensional dan aplikasi online lakukan adalah meningkatkan kenyaman. Jika
konsumen telah nyaman dengan salah satu transportasi maka kemungkinan kecil
konsumen akan cepat beralih pada transportasi lain.
Komentar
Posting Komentar