Perbedaan dan Perbandingan Tiga Paradigma Sosiologi Klasik


Tiga Paradigma Sosiologi Klasik



Istilah “paradigma”secara harfiah dapat berarti (general pattern atau model). Paradigma juga berarti kaidah, dalil tasrif dan pola dari suatu teori yang dianggap benar dan baku. Teori yang dianggap benar dan baku dapat dijadikan asumsi atau preposisi sehingga dapat dijadikan pijakan kegiatan ilmiah. Berangkat dari konsep paradigma ini lantas melahirkan konsep-konsep turunnya seperti world view (pandangan dunia), frame work (kerangka kerja), logical frame work analysisi dan mindset. Misalnya, keyakinan bahwa kitab suci merupakan wahyu dari Tuhan dan memiliki kebenaran, lantas dijadikan rujukan dalam berpikir, bersikap dan berperilaku. Pola pikir yang berpedoman pada keyakinan atau kebenaran firman tuhan, disebut paradigma teologis yaitu pandangan dunia dan mindset yang muncul dari sebuah keyakinan teologis, bersumber dari Tuhan.
Paradigma di dalam sosiologi yang dikemukakan oleh para tokoh mempengaruhi perkembangan ilmu sosial yang dijadikan pedoman dalam proses kerangka teori atau pedoman pemikiran-pemikiran lainnya.
Untuk memudahkan pembahasan berikut Tiga Paradigma Sosiologi Klasik menurut George Ritzer

                                              

Paradigma


Fakta Sosial
Definisi Sosial
Perilaku Sosial
Tokoh
Emile Durkheim
(1858-1917)
Max Weber
(1864-1920)
Para Tokoh Psikologi: BF. Skiner, Weber
Konsep
Fakta sosial dinyatakan sebagai barang sesuatu (Thing) yang berbeda dengan ide.
Barang sesuatu menjadi objek penyelidikan dari seluruh ilmu pengetahuan, ia tidak dapat dipahami melalui penyelidikan atau kegiatan mental murni (spekulatif). Akan tetapi untuk memahaminya diperlukan data rill di luar pemikiran manusia. Bahwa fakta sosial tidak dapat dipelajari melalui intropeksi, fakta sosial harus diteliti di dalam di dunia nyata sebagaimana orang mencari barang sesuatu yang lainnya.
Paradigma Definisi Sosial (social definition) menenkankan hakikatnya kepada kenyataan sosial yang bersifat subjektif lebih dari eksistensinya yang terlepas dari individu. Selama tahap perkembangan teori sosiologi klasik. Paradigma ini diwakilkan dan dikembangkan oleh Weber dalam teori Verstehen-nya. Kemudian dikembangkan oleh teori tindakan sosial oleh Parsons. Inti dari paradigma ini adalah dapat kita temukan dari karyanya Max Weber (1864-1920), yakni telaahnya mengenai tindakan sosial  (social action). Konsep ini berbeda dengan Durkheim.
Paradigma perilaku sosial (social behavior) lebih menekankan terhadap pendekatan objektif empiris atas kenyataan sosial. Dari ketiga paradigma tersebut,Paradigma ini lebih dekat dengan gambarannya mengenai kenyataan sosial dengan asumsi-asumsi implisit yang mendasari pendekatan kontruksi sosial. Bagi seorang ahli perilaku sosial, paradigma yang diberikan oleh fakta sosial terlampau abstrak sifatnya. Sedangkan paradigma yang diberikan oleh paradigma definisi sosial terlampau subjektif.
Teori
Fungsionalisme Struktural
Konflik
Sistem
Sosiologi Makro
Tindakan sosial (action)
Teori Interaksionis-Simbolik (Symbolic interactionism)
Teori fenomologis (Phenomology)
Behavioral Sociology
Teori Exchange
Metodologi
Kuisoner
Interview
Observasi
Kuisoner
Interview
Observasi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori Solidaritas Mekanik dan Solidaritas Organik Emile Durkheim

Kim Yushin komandan Pasukan Hwarang Penyatu Semenanjung Korea

Kemenangan Islam Terhadap Mongol Pada Perang Ain Jalut