Tabir Cahaya dan Kegelapan di Dalam Islam Manaqib Syekh Abdul Qadir Jaelani


Tabir Cahaya dan Kegelapan di Dalam Islam Manaqib Syekh Abdul Qadir Jaelani




         Cahaya dan kegelapan adalah sesuatu yang berlawanan. Cahaya yang cenderung mengarah kepada kebaikan dan sebaliknya, kegelapan mengarah kepada keburukan. Di dalam hati seorang manusia menurut Syekh Abdul Qadir bisa menjadi cermin yang bening dan memancarkan cahaya, tetapi juga bisa menjadi cermin yang kotor dan melahirkan kegelapan. Karenanya, cahaya dan kegelapan kata Syekh Abdul Qadir, sama-sama bisa timbul dari hati manusia. Manusia yang hatinya bersih, maka akan memantulkan cahaya yang bisa menyinari hidupnya, sehingga hidup orang tersebut bisa berada di jalur kebenaran sebagaimana yang digariskan oleh Tuhan. Sebaliknya, hati manusia yang gelap dan kotor membuat manusia menjadi buta mata-hatinya, sehingga dirinya keluar dari jalur kebenaran Allah dan membuat langkah hidupnya tersesat.
        Karena itu pula, dari perspektif ini bisa dipahami bahwa orang yang bisa melihat sebenarnya bukan orang yang mata fisiknya sehat dan normal, alias bisa melihat beragam fenomena, melainkan orang yang hatinya bersih dan jernih sehingga meski mata fisiknya tidak bisa melihat, langkah hidupnya selalu dalam jalan kebenaran. Begitu juga orang yang buta, bukan berarti orang yang mata fisiknya tidak bisa melihat, melainkan karena hatinya telah tertutupi kotoran dan membuatnya gelap alias tidak bisa menerima hidayah dan petunjuk dari Allah SWT. Karenanya dibutuhkan hati yang bersih dan suci. Maka ketika seseorang hatinya koto, penuh dengan penyakit dan dosa, dirinya akan sulit menerima petunjuk sehingga membuat hatinya itu buta dan diliputi oleh kegelapan yang mengakibatkan dirinya berjalan tidak sesuai pada jalannya.
       Orang yang buta hatinya, seperti yang banyak kita jumpai di dunia ini. Banyak kedua mata fisiknya yang masih jernih dalam melihat (tidak ada masalah dalam penglihatan) dan tidak perlu menggunakan kacamata dalam melihat. Akan tetapi perilaku dan kepribadiannya sangat buruk dan tercela, seperti suka korupsi, suka mencuri, suka menipu, suka membuat fitnah, suka menyakiti dan jahat pada sesamanya, suka merusak dan membuat onar, bakil, iri, dengki, hasud, riya’, ujub, takabur (sombong), malas dan-seterusnya. Semua ini merupakan cerminan dari hati yang gelap gulita sehingga tidak bisa melihat kebenaran dan menjadikan hidupnya tersesat dalam jurang kemaksiatan. Sebaliknya, banyak juga kita jumpai orang yang secara fisik tidak bisa melihat tetapi pemikiran dan perilakunya sangat mulia. Inilah sesungguhnya orang yang tidak buta alias orang yang benar-benar melihat karena hidupnya senantiasa berada di jalan kebenaran seperti yang ditunjukkan oleh Allah SWT.
    Dalam hal ini , Syekh Abdul Qadir memberikan metode untuk membersihkan hati yang gelap karena tebalnya dosa dan hal-hal yang tercela yang menempel di dalamnya. Untuk bisa menghilangkan penyakit-penyakit hati atau hal-hal tercela di dalam hati, menurut Syekh Abdul Qadir (2014:34) adalah dengan menggosok cermin hati dengan tauhid. Apa yang dimaksud gerinda Tauhid? Tiada lain adalah ilmu, amal shaleh dan mujahadah serta berzikir yang kuat secara zahir dan batin sehingga hati benar-benar bisa menjadi hidup dengan memancarkan hati tauhid dan mampu mengingat kembali pada kampung halamannya  atau ke asal muasalnya yaitu kepada sang pencipta ( Allah SWT). (Al-Jailani,2014:34).

Sumber :
Manaqib Syekh Abdul Qadir Jaelani
Keramat Syekh Abdul Qadir al-Jailani r.a,

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori Solidaritas Mekanik dan Solidaritas Organik Emile Durkheim

Kim Yushin komandan Pasukan Hwarang Penyatu Semenanjung Korea

Kemenangan Islam Terhadap Mongol Pada Perang Ain Jalut